Hipertensi adalah kondisi kronis darah mengalir di pembuluh darah arteri dengan tekanan lebih tinggi dari tekanan normal. Dikenal sebagai penyakit “silent killer”, hipertensi dapat timbul tanpa gejala khas tapi dapat menyebabkan kematian.
Penyakit hipertensi yang berlangsung lama yang tidak terkontrol dan tidak ditangani dengan baik dapat menimbulkan gejala kerusakan pada organ tubuh, seperti penyakit jantung koroner, stroke, dan gagal ginjal.
Berbagai hal dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami hipertensi. Oleh sebab itu, untuk mencegah hipertensi penting sekali untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan seseorang terkena hipertensi.
Faktor risiko terjadinya hipertensi dapat dibagi menjadi faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah.
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI YANG TIDAK DAPAT DIUBAH
1. Genetik
Faktor genetik cukup berperan terhadap timbulnya hipertensi. Jika Anda memiliki riwayat keluarga (orang tua, kakak atau adik, kakek atau nenek) yang menderita hipertensi, maka risiko untuk mengalami hipertensi menjadi lebih tinggi.
2. Usia
Tekanan darah cenderung lebih tinggi seiring bertambahnya usia. Hal ini disebabkan karena semakin bertambahnya usia pembuluh darah akan secara alami menebal dan lebih kaku. Perubahan ini dapat meningkatkan risiko hipertensi. Tetapi tidak menutup kemungkinan usia muda dapat mengamami hipertensi karena gaya hidup yang tidak baik.
3. Jenis kelamin
Laki-laki lebih banyak mengalami hipertensi di bawah usia 55 tahun, sedangkan pada wanita lebih sering terjadi saat usia di atas 55 tahun. Setelah menopause, wanita yang tadinya memiliki tekanan darah normal bisa saja terkena hipertensi karena adanya perubahan hormonal tubuh.
FAKTOR RISIKO HIPERTENSI YANG DAPAT DIUBAH
Kebiasaan mengonsumsi makanan tinggi garam atau makanan asin dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Begitu pula dengan kebiasaan memakan makanan yang rendah serat, tinggi lemak jenuh, dan lemak trans.
Aktivitas fisik baik untuk kesehatan jantung dan pembuluh darah. Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan bertambahnya berat badan yang meningkatkan risiko terjadinya tekanan darah tinggi.
Ketidakseimbangan antara asupan makanan dengan pengeluaran energi menyebabkan obesitas. Kelebihan berat badan ataupun obesitas berhubungan dengan tingginya jumlah kolesterol jahat dan trigliserida di dalam darah, sehingga dapat meningkatkan risiko hipertensi. Selain hipertensi, obesitas juga merupakan salah satu faktor risiko utama diabetes dan penyakit jantung.
Konsumsi alkohol yang rutin dan berlebih dapat menyebabkan berbagai gangguan kesehatan, termasuk di antaranya adalah hipertensi.
Merokok dapat merusak jantung dan pembuluh darah. Nikotin dapat meningkatkan tekanan darah, sedangkan karbon monoksida bisa mengurangi jumlah oksigen yang dibawa di dalam darah. Tidak hanya perokok saja yang berisiko, perokok pasif atau orang yang menghirup asap rokok di sekitarnya juga berisiko mengalami gangguan jantung dan pembuluh darah.
Stres berlebih akan meningkatkan risiko hipertensi. Saat stres, Anda dapat mengalami perubahan pola makan, malas beraktivitas, mengalihkan stres dengan merokok atau mengonsumsi alkohol di luar kebiasaan. Hal-hal tersebut secara tidak langsung dapat menyebabkan hipertensi.
Kolesterol yang tinggi di dalam darah dapat menyebabkan penimbunan plak yang disebuh dengan aterosklerosis, yang nantinya dapat membuat pembuluh darah menyempit sehingga meningkatkan tekanan darah.
Selain itu, plak aterosklerotik yang terbentuk juga bisa menyebabkan penyakit jantung koroner, yang bila tidak ditangani dapat mengakibatkan serangan jantung. Apabila plak aterosklerotik berada di pembuluh darah otak, dapat menyebabkan stroke.
Diabetes dapat meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Diabetes dapat menyebabkan peningkatan tekanan darah akibat menurunnya eslastisitas pembuluh darah, meningkatnya jumlah cairan di dalam tubuh, dan mengubah kemampuan tubuh mengatur insulin.
Produk terkait: